Politik Dinasti dan Profesionalitas Personal: Perspektif Demokrasi yang Sehat
Oleh: Herman A Hasan
ISU politik dinasti sering kali menjadi sorotan dalam perdebatan politik Indonesia. Banyak yang berpendapat bahwa politik dinasti mencederai prinsip-prinsip demokrasi karena kekuasaan hanya berputar di lingkaran keluarga tertentu. Namun, jika kita melihat dari sudut pandang profesionalitas personal, politik dinasti tidak selalu identik dengan nepotisme atau penyalahgunaan kekuasaan, melainkan dapat menjadi sah dan bahkan sehat bagi sistem demokrasi, asalkan didasarkan pada kompetensi individu, bukan semata-mata karena hubungan keluarga.
Politik Dinasti dalam Sistem Demokrasi
Indonesia menganut sistem demokrasi dengan pemilu langsung sebagai mekanisme utama untuk memilih pemimpin. Dalam konteks ini, rakyat memiliki hak penuh untuk menentukan siapa yang dianggap layak memimpin, terlepas dari latar belakang keluarga calon. Dalam demokrasi, yang terpenting adalah kapabilitas personal, visi yang jelas, serta integritas seorang kandidat, bukan dari mana ia berasal atau siapa orang tuanya.
Maka, jika seorang kandidat kebetulan berasal dari keluarga yang memiliki sejarah politik, hal ini tidak otomatis menjadikannya bagian dari politik dinasti yang negatif. Jika individu tersebut dipilih oleh rakyat melalui proses demokratis karena profesionalitas dan rekam jejak yang terbukti, maka istilah politik dinasti dapat dinilai tidak relevan. Pemilu langsung sebagai instrumen demokrasi menempatkan keputusan akhir di tangan rakyat, sehingga legitimasi politik bukan berasal dari garis keturunan, melainkan dari preferensi mayoritas pemilih.
Profesionalitas Personal di Atas Kekerabatan
Dalam konteks profesionalitas, banyak tokoh politik di Indonesia yang berasal dari keluarga politik, tetapi mereka berhasil membuktikan diri dengan prestasi dan kemampuan personal. Misalnya, berdasarkan penelitian oleh Hadiz (2010), politik dinasti tidak selalu berarti praktik nepotisme, karena ada pula tokoh politik yang mampu mempertahankan kekuasaan bukan karena jaringan keluarga semata, tetapi melalui kinerja politik yang baik. Mereka mampu berinovasi, menjawab tantangan pembangunan, dan memenuhi harapan masyarakat.
Larry Diamond (2008) dalam bukunya The Spirit of Democracy juga menyebutkan bahwa dalam masyarakat yang berkembang, kesuksesan politik tidak melulu tergantung pada nama keluarga, tetapi lebih kepada bagaimana seorang pemimpin mampu merespons aspirasi rakyat. Jadi, meskipun terdapat anggapan bahwa politik dinasti merusak demokrasi, dalam kenyataannya, seorang pemimpin yang profesional tetap dapat lahir dari keluarga politik jika mereka memenuhi kriteria kompetensi yang diinginkan oleh masyarakat.
Menyikapi Asumsi Politik Dinasti
Asumsi bahwa politik dinasti selalu buruk dapat dibantah dengan melihat proses demokratisasi yang berlangsung di Indonesia. Ketika rakyat diberi hak memilih melalui pemilu langsung, yang menjadi penentu utama adalah sejauh mana rakyat percaya bahwa seorang kandidat mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, seleksi alamiah melalui mekanisme pemilihan umum dapat memfilter kandidat berdasarkan kualitas mereka, bukan karena hubungan keluarga.
Lebih jauh lagi, dalam banyak kasus, munculnya anggota keluarga dalam politik justru membawa perspektif baru dan kesinambungan kebijakan yang lebih baik. Selama mereka dipilih berdasarkan kemampuan personal dan profesionalitas, maka keterlibatan mereka dalam politik sah secara demokratis.
Penutup
Dalam sistem demokrasi seperti Indonesia, keabsahan seseorang untuk menduduki posisi publik tidak seharusnya diukur dari faktor kekerabatan, melainkan dari profesionalitas dan kapabilitas personal. Pemilu langsung memberikan rakyat kekuasaan untuk menilai dan memilih calon pemimpin yang dianggap layak, terlepas dari latar belakang keluarganya. Dengan demikian, anggapan bahwa politik dinasti secara otomatis buruk bisa ternantahkan jika kita menilai setiap individu berdasarkan kualitas dan kontribusinya, bukan hanya hubungannya dengan keluarga politik.
Literatur seperti karya Larry Diamond dan Vedi Hadiz menunjukkan bahwa politik dinasti dapat sah secara demokratis asalkan ditopang oleh profesionalitas personal yang kuat. Inilah yang seharusnya menjadi fokus kita dalam melihat fenomena ini di Indonesia.